KOTA THAIF

TAPAK TILAS PERJUANGAN BAGINDA RASULLAH DI KOTA THAIF 




Bismillahirrahmanirrahim...

الْحَمْدُ للَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْن wa syukurilah ku ucapkan dengan memanjatkan nama Baginda ku tercinta Nabi Muhammad SAW. Saya dan suami beserta teman-teman berkesempatan berkunjung dan menapaktilas Sejarah Islam dan Perjuangan Baginda kita di kota Thaif. Jalan menuju Thaif, melewati lereng-lereng pegunungan batu yang terjal, melewati Pegunungan Asir dan Pegunungan Al Hada berkelok-kelok, panjang dan menanjak mengelilingi pinggiran pegunungan hingga puncaknya. Disepanjang jalan ditemukan sejumlah pepohonan dan perkebunan kurma. Beberapa rumah tradisional juga berdiri di tengah-tengah perkebunan. Selama perjalanan saya tertidur dan terbangun, sampailah kita.




Kota yang terletak sekitar 67 kilometer atau 1 jam 45 menit dari Kota Makkah Al Mukarramah. Saksi perjuangan dakwah Rasulullah SAW, Selain Mekah dan Madinah, kota Thaif juga menjadi salah satu kota bersejarah, mulai dari Hijrah Nabi hingga pertempuran pasca perang Hunain.

 Masjid Jami' Abdullah bin Abbas 
Sampailah kita di Masjid Jami' Abdullah bin Abbas. Ibnu Abbas adalah salah satu sahabat Rasulullah SAW yang berpengetahuan luas dan banyak hadis sahih yang diriwayatkan melalui dirinya. Ibnu Abbas jugalah yang menurunkan  menghapus seluruh khalifah dari Bani Abbasiyah.
Nabi dengan beberapa sahabat lain mengajak Bani Tsaqif untuk memeluk islam setelah perang Hunain. Di Thaif terjadi peperangan, 11 sahabat Nabi Saw gugur menjadi sahid. Mereka di makamkan di Thaif (makam para suhada), dimana dekat tempat itu sekarang di bangun Masjid Besar. Masjid besar yang dinamakan dengan Masjid Abdullah Ibnu Abbas.

 Masjid Jami' Abdullah bin Abbas  Di bangun pada tahun 592 H.


Masjid digunakan Rasulullah untuk shalat Zhuhur dan Ashar di-jama' taqdim qosor

Dinamakan Masjid Ibnu Abbas, karena tempatnya disamping Makam Ibnu Abbas terletak di depan tempat sholat wanita sekarang. Ada juga seorang tokoh besar yang bernama Imam Muhammad bin Al-Hanafiyah bin Ali Ibn Abi Thalib, dimakamkan disini.
Dimana beliau Ibnu Abbas pernah berwasiat agar kelak kalau meninggal di makamkan di Thaif bersama para syuhada. Alasannya sangat sederhana, beliau merasa tidak pantas di Makkah, sebab Makkah adalah tanah suci, sementara dirinya merasa banyak dosanya. Sungguh mulia Abdullah bin Abbas ra. Seorang sahabat sejati yang mencintai Nabi Saw dan dicintai Nabi. Thaif menjadi tempat peristirahatan terakhirnya.

Masjid Ibnu Abbas. Pintu Masuk Sholat Untuk Wanita

Jadi berkunjung ke-Thaif tidak hanya sekedar rekreasi. Lebih dari meneladani kecerdasan Abdullah Ibn Abbas dan kegigihan dan keberanian 11 para sababat Nabi yang membela Islam.Tidak hanya menikmati indahnya kota Thaif, lebih dari itu berziarah kepada Abdullah bin Abbas, sekaligus tahiyyatul masjid di Masjid Ibn Abbas ra. Alhamdulillah.......


PERPUSTAKAAN ABDULLAH IBNU ABBAS
Bersebelahan dengan masjid ini, persisnya pada sisi bagian timur, terdapat sebuah perpustakaan yang memiliki luas sekitar 100 meter persegi, diberi nama Abdullah ibn Abbas. 
Dalam sebuah catatan yang ditempel pada dinding bagian luar perpustakaan, terdapat keterangan yang menyebutkan bahwa Rasulullah pernah menggendong Ibn Abbas kecil. Lalu mendoakan agar dia diberi keluasan ilmu dan hikmah (Allahumma ‘allimhu al-hikmata).




Catatan itu juga menjelaskan, dibangun pada tahun 1291 H oleh penguasa Hijaz Muhammad Rasyid Pasa asy-Syarwani. Dikisahkan, sebelum ada perpustakaan, mewakafkan kitab ke masjid bagi para pencari ilmu menjadi sebuah karya pada kurun Hijriah. Bahkan, pada tahun 1217 H, jumlah kitab yang diwakafkan ke masjid hampir mencapai sepuluh ribu, termasuk tiga naskah Kibab Shahih Bukhari.
Pada 1346 H, perpustakaan ini dilebur dengan Perpustakaan Haram Al-Makky. Saat itu, banyak sekali koleksi manuskrip yang langka. Baru pada 1384 H, tepatnya pada masa Raja Faishal bin Abdul Aziz, Syekh Hasan Arab membuka kembali perpustakaan ini hingga sekarang.
Koleksi prasasti yang ada di perpustakaan ini disimpan dalam sebuah kotak kaca sehingga hanya bisa dilihat dan tidak bisa disentuh. Umumnya, adalah batu nisan yang menjelaskan keterangan wafat seseorang. Salah satunya adalah Walid Bin Muflih bin Yazid yang wafat pada Ahad, 7 Jumadil Ula 550H.




Saat itu, banyak sekali koleksi manuskrip yang langka. Tahun 1384 H, tepatnya masa Raja Faishal bin Abdul Aziz, Syekh Hasan Arab membuka kembali perpustakaan ini hingga sekarang. Perpustakaan ini menyimpan beragam koleksi, mulai dari prasasti hingga ribuan kitab, klasik dan kontemporer. Di antara koleksi prasastinya, tulisan bahasa arab yang belum menggunakan titik dan tanda baca (harakat). Ada juga tulisan yang sudah lengkap dengan titik dan tanda baca.


Pengalaman Pahit Rasulullah SAW di Thaif
Thaif dalam sejarah awal perjuangan Rasulullah Muhammad SAW memang sangat pahit. Terhitung tiga tahun sebelum hijrah, Rasulullah SAW melakukan perjalanan ke Thaif untuk melakukan dakwah dan mengajak Kabilah Tsaqif masuk Islam. Perjalanan ini dilakukan tidak lama setelah wafatnya Siti Khadijah pada 619 Masehi dan wafatnya Abu Thalib, pelindung utama yang juga paman Rasulullah SAW pada 620 Masehi.

Meninggalnya Abu Thalib dan Siti Khadijah ini yang disegani oleh kaum musyrik Qurais, membuat mereka semakin berani mengganggu Rasulullah SAW.  Untuk menghindari penganiayaan yang lebih berat secara diam-diam dan dengan berjalan kaki, Rasulullah mencoba pergi ke Thaif untuk meminta pertolongan dan perlindungan. Nabi Muhammad SAW bersama anak angkatnya, Zaid bin Haritsah pergi ke Thaif untuk berdakwah. Rasulullah tinggal di Thaif selama sepuluh hari untuk berdakwah dan meminta perlindungan. Namun, ternyata penduduk Thaif melakukan penolakan dan memperlakukan Rasulullah dengan kasar.

Saat itu, kaum Tsaqif melempari Rasulullah SAW dengan batu sehingga kakinya terluka. Zaid bin Haritsah membelanya dan melindunginya, tapi kepalanya juga terluka akibat terkena lemparan batu. Akhirnya, Rasulullah berlindung di kebun anggur milik ‘Utbah bin Rabi’ah. Beliau menghampiri sebuah pohon anggur lalu duduk-duduk dan berteduh di bawah naungannya menghadap ke kebun, kemudian beliau berdoa. Doa yang menggambarkan betapa hati beliau dipenuhi rasa getir dan sedih terhadap apa yang diterimanya dan sikap keras penduduk Thaif yang tidak mau beriman kepadanya.

Kemudian, datanglah budak dari pemilik kebun anggur yang bernama Addas untuk memberikan setangkai Anggur kepada Nabi dan Zaid. Tatkala dia menaruhnya di hadapan Rasulullah, beliau mengulurkan tangannya untuk mengambilnya dengan membaca "Bismillah", lalu memakannya.

Addas berkata : " Sesungguhnya ucapan itu tidak biasa diucapkan oleh penduduk di negeri ini."Rasulullah bertanya : "Kamu berasal dari mana dan apa agamamu?" Addas : "Aku seorang Nasrani dari penduduk Niwana". Rasulullah : "Dari negeri seorang pria shalih bernama Yunus Bin Matta?" Addas : "Apa yang kamu ketahui tentang Yunus Bin Matta?" Rasulullah :"Beliau adalah saudaraku. Dia seorang Nabi, demikian pula dengan diriku." Addas langsung merengkuh kepala Rasulullah SAW, kedua tangan dan kedua kakinya untuk diciumi. Addas orang pertama di Thaif yang memeluk agama.

Lorong Jalan Menuju Masjid Addas

Menara Masjid Addas

Didalam Masjid Addas


disikitar disekeliling terdapat banyak perkebun 

Diatas Masjid Addas bersama Muntowif, dan pengalaman pertama  muntowif  ke Thaif

Masjid Kuk (Kuw')
Namanya Masjid Kuk  berukuran sekitar 4 x 6 m, Tapi sesungguhnya hanya penanda berupa bangunan kecil berbatu bata sangat sederhana. Di dalamnya ada ruangan kecil yang bisa digunakan untuk salat beberapa orang. Kondisinya tak terawat. Berada di kaki sebuah bukit yang dipercayai sebagai tempat Nabi beristirahat saat ke Thaif kedua kalinya. Pernah terjadi mukjizat, saat Nabi beristirahat sambil meletakkan kepalanya dengan penguat siku tangannya di atas batu. Tiba-tiba batu itu ambles. Di tempat itulah kemudian diberi tanda dengan didirikan masjid dengan nama Kuk (Kuw').

Masjid Kuk



Masjid Kuk
Masjid itu juga beberapa kali pernah dibakar oleh beberapa orang 'garis keras' karena banyak penziarah yang datang ke situ untuk berdoa dan meminta berkah, khawatir orang menjadi sirik. Sebagian balok kayu pada atap dan kusen pintunya telah menjadi arang hitam karena pembakaran itu. Masjid ini masih dipakai buat shalat sampai sekarang dan banyak yang mengunjungi untuk berziarah.


dihalaman dekat Masjid kuk, Makan es meskipun cuaca dingin


Masjid Al-Madhoun /Al Qantara
Masjid Al-Madhoun adalah masjid kuno namun baru saja direnovasi berdekatan dengan Masjid Kou'. Masjid ini juga dikenal sebagai Masjid Al Qantara dan terkenal karena menara Athan-nya yang terlihat seperti silinder dan berakhir dengan puncak bulat.  Kantara menjadi saksi sejarah bersejarah yang indah, contoh sejarah arsitektural. Fitur masjid serta adanya lubang garasi berlubang dari segiempat luarnya, memiliki langit-langit yang menonjol di dinding dan condong ke depan sehingga memberi kesempatan air hujan mengalir dari permukaan. Disamping menara yang dicirikan dengan bentuk silindris stepwise mulai dari bawah dan ujungnya di bagian atas.
Masjid Qantara disebut menjadi salah satu lokasi yang memiliki pertalian sejarah dengan Kerajaan Turki Ottoman. Menurut laman Arab News , masjid yang dibangun pada 162 tahun lalu itu dikenal juga dengan nama Masjid Al-Madhoun . Masjid dibangun dari batu dan gipsum berbentuk persegi panjang dan memiliki langit-langit miring. Ada tangga siklik yang mengarah ke puncak menara dan ada pintu yang terbuka ke atap Masjid. Banyak lubang tinggi tetapi ramping di dinding memberikan sinar matahari dan udara di dalam menara. Masjid dibangun pada zaman Ottoman.

 Gaya Bangunannya, terinspirasi dari arsitektur Abbasiyah, yang memberi kesan kuno.

Dalam Masjid Al-Madhoun /Al Qantara

Masjid Al-Madhoun /Al Qantara

Tangga Masjid Al-Madhoun /Al Qantara

Menuju Menara Atas  Masjid Al-Madhoun /Al Qantara



Thaif  Desa Para Raja
Thaif salah satu kota yang memiliki hawa sejuk, karena berada di lembah pegunungan Asir dan penunungan Al Hada.  Kesejukan kota Thaif menyebabkan tempat ini kerap dijadikan sarana berwisata kala musim panas. Di sepanjang kawasan juga dipenuhi sejumlah tempat wisata bagi penduduk Arab Saudi. Orang Arab menjadikan Thaif sebagai tempat bulan madu.
Para Raja Saudi dan kerabatnya banyak membangun tempat peristirahatan di kota Thaif. Karena itu pula kota ini dijuluki Qaryah Al-Mulk yang berarti 'Desa Para Raja'. Di kota ini juga sering diselenggarakan pertemuan-pertemuan dan perjanjian-perjanjian bilateral, regional dan internasional.

Gerbang Masuk Al-Hada

Al-Hada tempat wisata orang saudi

Selain hawa sejuk, satu hal yang membuat kota Thaif kian membuat penasaran adalah keberadaan pohon-pohon Zaqqum. Pohon berduri tajam dan besar itu merupakan jenis pohon langka yang tak tumbuh di Indonesia atau negara lainnya.
Selama perjalanan mengelilingi sejuknya Thaif, terdapat banyak tempat wisata permainan anak-anak dan taman serta terdapat waterpark. Kita beserta rombongan menuju ke tempat wisata kereta gantung, alhasil kereta gantung tidak beroperasi dikarnakan cuaca yang sedikit gerimis, kecewa tentunya tapi kita keliling disekitar puncak dengan keseruan dan memutuskan untuk mencari makanan dan beristirahat sejenak.








Salah Satu Restoran di Thaif dan saya lupa apa namanya karna makanan disini enak banget rasanya

selfie bareng sembari menunggu makanan datang

Nasi Mandhi dengan nampan besar dan kita makan rame-ram

ini dia penampakan dari HUNAFA ala Thaif yang lezat wuenak banget.
Harus coba karna disetiap wilayah/negara berbeda rasanya 

Selain itu, sekitar 20 km dari Thaif akan terlihat daerah As-Safa dengan pemandangan bukit yang menghijau. Perbukitan yang bebatuan nan menghijau dihiasi berbagai permainan, ranumnya buah-buahan dan sayur-sayuran.
Kota Thaif juga terkenal dengan kekayaan produksi pertaniannya. Berbagai jenis buah-buahan, seperti anggur, kurma, dan lain-lain dihasilkan oleh daerah yang subur ini. Demikian juga beragam macam sayuran dan bunga-bungaan.
Bunga-bungaan seperti ambar, misik, dan yasmin dijadikan sebagai bahan baku untuk membuat minyak wangi. Hasil tanaman yang melimpah ruah tersebut sebagiannya diekspor ke berbagai negara.


foto bersama penjual makanan ringan ala thaif


pasar buah thaif yang tertata rapi, penjual dan pembeli seorang laki-laki karna perempuan disini dilarang pergi ke pasar


Masjid Wadi Mahram
Di tempat ini juga terdapat kawasan yang dijadikan tempat ber-Miqot atau untuk berihrom haji atau umrah, yaitu di Wadi Sair Kabir, terletak sekitar 76 km dari Masjidil Haram, pada jalan antara Mekkah - Thaif melalui jalur Hada. Masjid ini adalah masjid miqat dari arah Thaif apabila kita akan berhaji ataupun umrah.
Ada kisah menarik dari Qarn Manazil, yaitu kisah pertemuah Nabi Muhammad SAW dengan Malaikat Jibril, tahun ke-10 kenabiannya (619 M), pada saat Nabi pulang dari Thaif dalam keadaan sedih atas perlakuan penduduk Thaif. Bukhari meriwayatkan : ketika Nabi sampai di Qarn al-Manazil, Jibril datang kepada beliau dan mengatakan kepada beliau :"Sesungguhnya Allah telah mendengar ucapan dan penolakan kaummu itu atasmu. Dan Allah telah mengutus kepadamu Malaikat Penjaga Gunung agar kamu dapat memerintahnya sesuai keinginanmu untuk membalas mereka". Tetapi Nabi Muhammad SAW tidak membalas perlakuan penduduk Thaif dengan perlakuan buruk pula, Nabi berdoa : "Aku malah mengharap agar Allah SWT menjadikan anak cucu mereka orang yang menyembah-Nya, meng-Esakan-Nya, dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu". Doa Rasullullah itu telah di dengar oleh ALLAH SWT dengan bukti bahwa sekarang penduduk Thaif telah menjadi orang yang beriman.



Masjid Wadi Mahram di sebut juga Miqat Qarn Manazil


Wadi Sair Kabir / Masjid Wadi Mahram

Saya, suami serta teman-teman bermiqot dan meninggalkan Thaif. Saya membagi pengalaman serta mengajak umat islam jika hendak umroh untuk menyepatkan pergi ke Thaif karna Thaif begitu  istimewa karena menyimpan sejarah kehidupan dan perjuangan syiar Rasulullah Muhammad SAW yang berat.

Cintaku Bagindaku Rasulullah Muhammad SAW 
Maha Suci Allah
Segala puji bagi Allah
Menurunkan syaidina rahmah
Dari Allah yang Maha pengasih
Ini lah riwayat pemimpin para nabi
Ya Rasulullah, pemimpin kami
Bila ingat akan riwayat beliau
Menetes air mata ini

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jeju.... Part 3

Jeju... Part 2